Rabu, 28 November 2012

Membuka Jalan Hulu Kapuas

Di sebuah desa yang bernama Hulu Kapuas, hidup seorang pemuda bernama Samson. Dalam keterbatasannya di sebuah desa yang tak memiliki akses jalur darat menuju kecamatan atau pun ibukota ini, Samson memiliki angan yang cukup tinggi yaitu untuk menjadi seorang wakil rakyat.
Diatas sebuah bongkahan batu besar ditepian sungai, sembari menarik ulur pancingannya Samson tersenyum-senyum.
       "tentunya aku tidak perlu lagi menggerus tepian sungai ini untuk mencari sesuap nasi, teman-teman ku tidak akan lagi harus beradu nyawa dari terjangan riam-riam batu sungai ini untuk pergi ke ibu kota," tersirat dalam benak Samson.


Sruutttt... (pancing bergetar)
Samson: "Puji Tuhan"... (sembari bersyukur Samson bergutat dengan pancingan yang hapir membentuk huruf U terbalik tersebut)

Usai mendapatkan seokor Ikan Semah, Samson pun pulang ke gubuknya yang cukup modern. Beratapkan terpal dan berdindingkan kulit kayu kepuak. Karena seorang yatim piatu dan jauh dari keluarga, Samson menyantap sendiri ikan berekonomis tinggi itu, tepat didepan Samson ada tumpukan nasi yang beraroma sedikit hangus, disamping kanan tumpukan nasi ada sambal terasi, disamping kirinya setengah bungkus garam. Dengan rasa lelah seharian memancing, semuanya itu terasa sempurna di ujung lidah Samson.

Ke-esokan hari, Samson mendapat tawaran dari Goman (pengusaha tambang emas di sekitar desa Hulu Kapuas), untuk menemaninya pergi ke ibu kota, Putussibau. Dengan rasa gusar karena harus bertaruh nyawa melewati riam-riam berbatu, Samson menguatkan hatinya.

Goman; "bantu aku ya, kalau kamu tidak mau siapa lagi teman ku"
Samson: "iya, boss... aku ikut"
Goman: "aku tau ini mungkin tidak sesuai dengan upah mu, tapi ini untuk masyarakat kampung, kalau kita tidak menjualnya kita tidak akan ada uang. Coba kita ada jalan darat, tidak akan seperti ini kita semua," 


Mendengar harapan sahabat sekaligus bossnya tersebut Samson semakin menguatkan tekatnya untuk memperjuangkan masyarakat kapungnya. Seiring dengan liak-liuk arus riam, yang terkadang membentur bebatuan, tersirat dipikiran Samson untuk menjadi pengusaha emas saja. Sama seperti bossnya dan meninggalkan impiannya untuk menjadi wakil rakyat.

Samson: "Boss, kalau mau jadi pengusaha mas seperti bos itu apa kuncinya,"
Goman: "menjadi pengusaha mas itu kuncinya berani mengambil resiko, mau bekerja keras dan tak patah arang bro, kenapa tanya begitu?? mau nyaingin aku ya??" guyon Goman sembari tersenyum.
Samson: "haa..bukan maksudnya begitu, aku cuma punya cita-cita yang hapir sama tingginya, aku ingin jadi seorang wakil rakyat,"
Goman: "haa...kamu yang tidak punya apa-apa mau jadi wakil rakyat, gak ada tampang nya" timpal Goman sambil tertawa.

Sedikit teriris perih di hati Samson. Namun, iya mengukuhkan "apa yang dikatakan Goman bukan lah siratan Tuhan". Sesampainya di Putussibau, Samson memutuskan untuk tinggal di kota yang masih sejuk dengan hutannya itu dan meninggalkan tumpukan hartanya di desa Hulu Kapuas.

Seiring perjalanannya yang tak tentu arah, Samson berdiri di sebuah gedung yang berbentuk segitiga biru. Samson berkata dalam hatinya, "jangan-jangan ini gedung pubrik tepung yang banyak digunakan di kampungku, yang kadang kantungnya sering dijadikan celana pendek itu,". Berjalan perlahan Samson menemukan empat huruf kapital terukir pada sebuah perasasti yang tertulis DPRD. Dengan terkejut, berekspresi bagai se-ekor ikan laohan yang ingin makan, Samson membuka mulutnya dan berpikir.

Samson: "ini tentunya akan jadi kantor ku, aku akan menjadi satu dari mereka yang akan berada di kantor ini, akan ku habiskan suara ku, bila perlu ku koyak kan pita suara ini agar kampungku bisa di bangun seperti yang lainnya,"

Dengan tekat yang seakan semakin membantu dan tak berpori itu, membuat Samson berjalan dan menapaki dunia politik sebagai jembatan untuk menggapai impiannya. Ribuan celaan dan gunjingan kepadanya semakin membulatkan tekat dan semangatnya. Bagai kertas di atas angin, seakan tidak ada hambatan, periode pada pertamanya mencalonkan diri. Samson langsung menjadi ketua wakil masyarakat.

 "Puji Tuhan, benar kata Goman, kerja keras dan semangat yang kuat membuat dia sukses. Begitu juga aku" tertuturkan di hati  Samson saat mengguratkan tanda tangannya di atas persetujuan pembukaan jalan di tanah kelahirannya, Hulu Kapuas.

(Perubahan akan membutuhkan pengorbanan, kerja keras dan mental yang kuat dari individu yang ingi akan hal tersebut. Oleh sebab itu jangan pandang rendah diri sendiri dan orang lain.)