Senin, 01 September 2014

Rahasia Ku Untuk Kalian



Berapa banyak uang di dompet mu?
Berapa banyak uang di rekening Bank mu? Ayo kata kan saja.

Hehe... kalau medengar kalimat seperti itu secara langsung kamu pasti menyangka aku orang yang sombong. Tapi bukan itu yang aku ingin sampaikan disini.
Karena kamu sudah dihadapan ku, perkenalkan nama ku Edward dan umurku 25 tahun. Saat ini memang aku sudah memiliki rumah yang mewah, mobil ferari, apartemen dua puluh tingkat di Kuta Bali sana, apa pun yang kamu minta bisa aku kasi.
Tapi bagaimana aku dulu? Terus ikuti kata per kata di depan  mata mu ini.

Pada usia ku yang ke 12, aku hidup bersama satu-satunya saudara ku Arul. Kami tinggal di rumah yang sederhana dan penuh kekurangan. Kekurangan itu bukan lah hambatan apa apa bagi ku karena aku tumbuh diantara lingkungan yang keras. 
'Kau pukul pipi ku, ku tonjok mata mu, itu lah prinsip kami di Kampung Ambat ini'. 

Bagi ku, sebilah belati adalah teman, dan tak pernah jauh dari tubuh ini. Tapi mereka yang bernafas dan berjalan dengan jas mahalnya, disamping kiri dan kanan ku itu adalah musuh teman ku ini. Mereka yang selalu naik turun mobil sedan BMW itu, selalu menganggap remeh aku. Salah satunya adalah Amir, seorang pengusaha kelapa sawit yang berada disekitar pemukiman Kampung Ambalat. 

Dulunya, Amir tampak baik. Ia menjanjikan dengan adanya perusahaannya kami dijamin dapat berobat geratis, gajih yang besar, dan hidup enak. Tapi suatu ketika, tepatnya 18 Maret 2012, aku mendapat musibah. Saudara ku Arul masuk rumah sakit karena kakinya membusuk karena terkena sabitan aret saat membersihkan kebunnya si Amir. AMIRRRRR.. Si Pria gemuk, berambut keriting dan berkulit hitam itu. 
Saat itu, aku hanya bisa terduduk disamping tempat tidur Arul dan melihatnya merintih kesakitan. Pria yang telah mengurusku ini tampak sesekali meneteskan air matanya, bahkan sesekali ia juga menarik nafas panjang. Aku sungguh tak mampu berpikir lagi ketika melihatnya. 
“Jika aku bisa melakukan sesuatu untuk saudara ku, akan aku lakukan itu, walau aku harus MATI”, hanya itu yang tersihat di hati ku.
Tak lama kemudian ada seorang dokter datang kepada ku, namanya Mark. Ia memberi harapan nyawa saudara kesayangan ku bisa diselamatkan, yaitu dengan upaya oprasi. Oprasi itu pun harus dilakukan malam ini juga, dan aku harus membayar 78 Juta rupiah untuk nyawa abang ku.

“Apa aku bisa dapatkan uang itu?” Mungkin kamu sependapat dengan ku. AMIRRRRR....Janji AMIRRRRRRR... HARUSS... DITAGIHHHH!!!!Dengan keteguhan hati itu aku pun menemui Amir. 
Waktu itu, Ia sedang duduk di teras rumahnya, bersama tiga orang pria. Aku coba memanggil “Amir...Amirrrr..” tapi Amir hanya menoleh dan mempalingkan pandangannya. Walau sedikit kebas dada ini, aku bersabar dan melakukannya lagi.. “Amirr.. Amirr aku mau minta tolong..aku mohon..”. 
Amir lalu menghampiri, seketika itu hati ku tenang. Lalu ku katakan “Amir kamu kan sudah janji akan bantu biaya berobat warga Kampung Ambalat yang kerja di kebun mu, saudara ku butuh oprasi, duiitttnya 78 juta,”. Amir tersenyum dan mengatakan “Duit segitu masih kecil, aku bisa bayar. Tapi kalian orang miskin memang lebih baik mati, yang pantas hidup hanya orang kaya saja, dunia tidak ada tempat untuk kalian,” ucap Amir sembari meludahi wajah ku.
Apa kamu tau apa yang aku rasa??

Nafas ku terasa sesak, jantung ini terasa panas, tubuh ini terasa kaku. Belati yang ku selipkan di punggung ini seakan berjalan ke telapak kanan tangan ku. Bahkan tangan kiri ku tak terasa telah memegang erat kepala Amir. Kaki ini pun terasa hangat oleh aliran air yang ku sadari adalah darahnya. Aku tahu ini semua berakhir...Akhir hidupnya dan hidup ku juga.

Delapan tahun sudah sejak prestiwa itu, aku juga sudah mengahiri penghumanku di jeruji besi Kelas II B Ambalat. Aku hanya merasa hidup ini tak ada artinya, saudara ku tidak ada, segalanya tidak ada. Kala itu Aku pun  memutuskan untuk mengahiri hidup, ya... dirumah kami aku dan saudaraku Arul yang sudah mati. 

Setiba aku dirumah yang terlihat masih bersih walau sudah reot itu, kudapati seutas tali. Perlahan tali itu ku lilitkan berkali-kali di tiang pintu, tepat di ruang tamu, lalu ku eratkan dileher ini. Kujatuhkan tubuh ini dan perlahan pandangan ku memudar seiring dengan suara yang semakin mendenganung di telinga ku. 


Perlahan ku coba menarik nafas dalam dalam.. pandangan ku semakin terang, dan semakin jelas..Arul menatap ku dengan tangisannya.. Tak pernah terpikirkan oleh benak ku, ternyata Arul masih hidup dan Ia menyelamatkan aku. Arul mengatakan, saat pristiwa pembunuhan amir, dokter Mark langsung melakukan oprasi secara diam-diam. Oprasi tersebut menyelematkan hidup Arul. Demikian juga Arul menyelamatkan hidup ku.

Pada akhirnya Aku berada di depan mu saat ini. Aku yang memiliki segalanya dan dapat memiliki apa pun.  Dengan kisah nyata ku, Arul dan Mark yang kuabadikan kedalam sebuah film. Semua orang dapat mengetahuinya.
Trimakasih untuk kamu yang sudah duduk bersama ku. :D..

(Sekeras apa pun kehidup, serendah apa pun kedudukan mu di masyarakat, jangan sampai membutakan mata hati. Kasarnya Harta Tidak Pernah Di Bawa Mati, just joy full your life; salam YS)

Bagi yang sulit memahami fiksi ini!!!! Baca lah lagi, dan andaikan anda sedang mendengarkan sebuah rahasia yang sangat anda ingin ketahui dari pasangan anda!! Semoga dapat menik mati.. (note: ada pun fiksi ini bukan untuk profokasi atau hal-hal yang negatif, mohon jangan disalah artikan)