Menjadi anak kesayangan
dalam sebuah keluarga, tentu sangat menyenangkan hati. Semakin sempurna lagi
jika sesorang terlahir dengan paras cantik, tubuh indah dan memiliki kepintaran.
Seperi yang ada pada Alin, ia memiliki semua itu.
Alin merupakan kembang desa yang selalu menjadi pujian, selain selalu juara dikelas, ia juga dikenal sebagai hamba tuhan, karena aktif dalam setiap kegiatan gereja.
Alin merupakan kembang desa yang selalu menjadi pujian, selain selalu juara dikelas, ia juga dikenal sebagai hamba tuhan, karena aktif dalam setiap kegiatan gereja.
Setelah menempuh
pendidikan selama 12 tahun di desanya, Alin pun melanjutkan pendidikan ke kota.
Dari kampungnya di Putussibau, Kalimantan Barat, Ia pergi ke Jakarta, untuk
mengambil ke jurusan hukum. Alin kemudian bertemu dengan teman-teman barunya,
Linda, Felix dan Alex. Mereka mulai akrab hingga akhirnya Alin menjalin asmara
dengan Alex. Alin
dan Alex semakin dekat. Karena Alin ngontrak sendirian, Alex pun sering
berkujung untuk sekedar menemani. Ibarat membuka mata untuk dunia modern, Alex
pun membawa Alin ke diskotik.
Alex:
gimana lin? Asikan Jakarta, pagi dan malam selalu hidup. (sambil memberikan
secangkir minuman alcohol kepada Alin)
Alin:
Ia ya, kalau dikampung ku malam-malam begini udah sepi. Ini minuman alcohol ya?
Aq tidak mau, bapak ku tidak menyuruh aku untuk minum yang beginian. (ucapnya dengan wajah polos)
Alex:
beehhhh..ayah ku juga bilang gitu dulu, tapi mereka kan tidak tau apa yang kita
lakukan. Tidak mungkin dari Kalimantan sana ayah mu ada mata disini, di
Jakarta. (sambil memaksa alin meminum minuman alkohol)
Meski terpaksa, dan
keningnya mengkerut, Alin tetap meminum minuman yang diberikan kekasihnya
tercinta. Setelah sekali mencoba, Alin dan Alex pun menjadi rutin ke diskotik.
Pergi malam, pulang subuh menjadi rutinitas keduanya. Penampilan Alin tidak
lagi ‘udik’ seperti hari pertama, ia mulai tampil seksi dengan arua ‘aurat’
yang memancing libido kaum adam, seperti gadis-gadis diskotik lainnya. Alin mulai jarang ke gereja, bahkan hampir tidak
pernah, selama ia mengenal Alex.
Melihat perubahan pada
Alin, Linda mencoba menegurnya. Linda pun memutuskan untuk datang ke kost Alin,
bersama Felix. Mereka pun duduk-duduk diteras kontrakan Alin, sambil melihat
langit yang turun rintik-rintik hujan.
Linda:
Alin, kamu sekarang nyaman gak jalan sama Alex?
Alin:
Nyaman kok da, dia orangnya asik, banyak hal baru yang ia kenalkan ke aku. (ucap
Alin sambil tersenyum dan sesekalai menggoyang-goyankan kakinya.)
Linda:
ohh sukur lah..emmmmm… tapi kamu ngerasa gak ada perubahan di diri kamu??
Alin: ahhh ngak tu, biasa aja.. emang kenapa kamu
ngomong gitu, kamu gak suka ya aku tampil seksi gini.. Apa gara-gara Felix liat
aq terus, kamu jadi ngomong gitu.. (sindirnya)
Felix:
gimana gak diliatin, wong semuanya hampir kelihatan.. (ketusnya)
Alin:
ahhh kamu dasar laki-laki, tapi suka kan..hehehehe. (sambil menepuk bahu Felix)
Linda:
huufffffff ya udah dehhhh.. kami cuma mau ingatkan.. kan sebagai sahabat yang
baik, selalu memberi saran yang baik untuk temannya.. Lin, kamu harus bisa bawa
diri.. perggaulan bisa bikin kita berubah…hati-hati sama Alex..
Felix:
Ia Lin, saya aja kondisi sadar gini, gak tahan liat kamu..hehehee.. apalagi
kalau mabuk…
Alin:
ahhh itu perasaan kalian saja, Alex kan teman kalian juga.. jangan berpikir negatif
gitu dong.. aku jadi illfeel sama kalian… (ucapnya dengan mimik wajah kurang bersahabat)
Karena kesal, Alin pun
meninggalkan kedua temannya dan masuk kedalam rumah. Alin pun menyuruh Felix
dan Linda pulang, karena Alex akan menjemputnya untuk pergi ke diskotik lagi. Tak
berselang lama, Alex pun datang menjemput Alin. Tampil dengan tank top dan rok
mini, Alin pun berangkat bersama Alex, ke diskoti star, salah satu diskotik yang ternama di Jakarta.
Malam itu, Alex dan
Alin cukup banyak mengkonsumsi minuman alkohol. Walau mabuk berat, keduanya tetap memutuskan untuk
pulang kerumah masing-masing. Setiba dirumah Alin, hujan turun lebat. Merasa kasihan harus
basah-basahan, Alin pun mengajak Alex untuk menginap dikontrakannya. Tawaran itu
pun diterima Alex dengan senang hati.
Alin pun mengemas sofa
untuk Alex tidur, walau pun ia mengemasnya dengan sempoyongan. Memperhatikan pakaian yang dikenakan Alin, Alex pun terbesit pikiran jahat. Ia kemudian
mengunci pintu dan menggauli Alin secara paksa. Karna kepalang mabuk, meski berusaha
melawan Alin tetap tak berdaya menangkal hasrat Alex. Usai melampiaskan
nafsunya Alex pun meninggalkan Alin. Dalam kondisi lemas, bercucur keringat,
Alin terus menangis.
Setelah kejadian itu,
Alin mengurung dirinya berminggu-minggu dikontrakannya. Merasa heran Alin tidak
masuk kuliah, Linda dan Felix kembali menyambangi kontrakan Alin. Keduanya pun
mendapatin Alin tak berhenti menangis, dengan mata yang merah dan tubuh yang
penuh luka cakar. Felix dan Linda pun terus membujuk Alin, hingga akhirnya ia
mulai tenang dan mulai aktif mengikuti kuliahnya kembali.
Ibarat lain yang noreh,
lain yang kena getahnya, demikian yang terjadi antara Alex dan Alin. Alex punya enak, Alin
menanggung akibat. Perutnya kian membesar memancing cemooh dari tetangga dan rekan kuliah, hal itu kembali menjadi cambuk bagi kehidupan Alin. Tidak tahan dengan
keadaan, Alin pun tidak melanjutkan kuliah. Ia memutuskan kembali ke kampung halaman,
setelah mengaborsi janin yang ada dikandungannya.
Alin pun menemui
seorang dukun kampong untuk memijat perutnya. Dua minggu melakukan pijat, Alin
memutuskan pulang kampung karena tidak memiliki uang lagi untuk melanjutkan
rencana buruknya. Sesampai dikampung, perut Alin masih tetap besar, hingga
akhirnya ia melahirkan seorang putra yang diberi nama Alexis.
Alexis terus dirawat
oleh Alin hingga beranjak dewasa. Alexis memiliki pribadi yang sama dengan
Alin saat muda dulu, Ia sangat rajin beribadah serta cerdas dalam pendidikan. Walau pun
fisik Alexis tidak sempurna karena cacad pada bagian wajah sejak lahir, ia
terus mendapat kasih sayang yang utuh dari sang Ibu, Alin. Mereka berdua pun
melanjutkan hidup dengan bahagia, walau tanpa didampingi oleh Alex. ………Seellllleeeeeeesaaaaaaaiiiiiiiii……..
(pesan
yang ingin disampaikan dalam cerita diatas cukup banyak: dari sisi pertemanan,
teman yang baik harus saling mengingatkan; dalam pergaulan, handaknya dapat
dewasa memilah mana yang baik dan mana yang buruk; terakhir harus berani bertanggung
jawab atas akibat dari perbuatan yang telah kita lakukan)
Semoga
bermanfaat, salam hangat----------------YS